Permasalahan wahyu sering menjadi sasaran tuduhan kaum jahiliyan dari
dulu hingga ekarang ( kafir qurays hingga orientalis masa kini dalam
rangka mengkaburkan keyakinan kaum muslimin dan menjauhkan mereka dari
Al-quran, diantaranya sebagai berikut :
Pertama:
Meraka mengira bahwa Qur`an dari pribadi Muhammad, dengan
menciptakan maknanya dan dia pula yang menyusun bentuk gaya bahasanya
dan menklaim bahwa Qur`an bukanlah wahyu tapi karangan Muhammad
Kita jawab dengan, bagaimana dengan ayat-ayat Al-quran yang
jelas-jelas tegas memperingatkan & menegur Rasulullah SAW dalam
beberapa momentum tertentu, seperti ketika Rasulullah SAW mendahulukan
mendakwahi pembesar quraiys dan tidak mempedulikan Abdullah bin Ummi
Maktum (QS Abasa juz 30), atau saat Rasulullah SAW memutuskan untuk
menyerahkan tawanan perang Badr dengan tebusan. Maka jika itu benar
buatan Nabi,sungguh mustahil Nabi berbuat sesuatu lalu menegur dirinya
sendiri. Begitu pula saat momentum lain, dengan peristiwa yang dikenal
sebagai haditsul ifki ,dimana kehormatan keluarga nabi tercoreng dengan
isu yang melanda seisi kota tentang tidaksetiaan Aisya rha. Kasus ini
cukup lama mebbuat Madinah bergejolak, tapi Rasulullah SAW tak bergeming
dan menunggu jawaban tuntas dari Al-quran untuk membebaskan Aisya dari
tuduhan tersebut. Sekiranya nabi sendirilah yang membuat al-quran, maka
mestinya ia tidak perlu repot-repot menunggu turunnya wahyu (sebulan
lamanya )dengan kondisi yang segenting itu (QS Annur ayat 11)
Kedua :
Mereka menyangka bahwa Rasulullah SAW mempunyai ketajaman
otak, kedalaman penglihatan, kekuatan firasat, kecerdikan yang hebat,
kejernihan jiwa dan renungan yang benar, yang menjadikannya memahami
ukuran ukuran yang baik dan yang buruk, benar dan salah melalui ilham (
inspirasi ), serta mengenali perkara-perkara yang rumit melalui kasyaf.
Sehingga Qur`an itu tidak lain dari pada hasil penalaran intelektual dan
pemahaman yangdiungkapkan oleh Muhammad dengan gaya bahasa dan
retorikanya.
Kita Jawab, bahwa segi berita yang merupakan bagian terbesar dalam
Alquran tidak diragukan oleh orang yang berakal bahwa apa yang
diterimanya hanya berdasarkan kepada penerimaan dan pengajaran. Alqur`an
telah menyebutkan berita-berita tentang umat terdahulu,
golongan-golongan dan perisiwa sejarah dengan kejadian-kejadiannya yang
benar dan cermat, seperti halnya yang disaksikan oleh saksi mata.
Sekalipun masa yang dilalui oleh sejarah itu sudah amat jauh (QS Qhosos
ayat 44-45, QS Hud ayat 49, QS yusuf ayat 3, QS Ali Imran ayat 44, QS
Al’ankabut 14, Qs Alkahfi ayat 25). Bahkan sampai pada kejadian pertama
alam semesta ini. Begitu pula ayat yang menjelaskan tentang hari kiamat,
serta gam baran surga dan neraka dengan lengkap. Hal demikian tentu
tidak dapat memberikan tempat bagi penggunaan pikiran dan kecermatan
firasat. Secerdas apapun manusia, bahkan hingga hari ini dengan zaman
yang penuh teknologi,tetap tidak bisa menyentuh pemberitaan-pemberitaan
ghaib tersebut.
Ketiga :
Mereka menyangka bahwa Muhammad telah menerima ilmu-ilmu Quran dari seorang guru.
Kita jawab bahwasanya Muhammad SAW tumbuh dan hidup dalam keadaan
buta huruf dan tak seorang pun diantara masyarakatnya yang membawa
simbol ilmu dan pengajaran, ini adalah kenyataan yang disaksikan oleh
sejarah, dan tidak dapat diragukan.Bahkan kita juga menyaksikan bahwa
beliau di masa kecilnya tidak tumbuh dengan bimbingan khusus dari
ayahandanya dan juga kakeknya. Oleh pamannya Abu Tholib, Muhammad SAW
justru lebih diarahkan untuk menjadi pedagang, hingga ikut serta dalam
perjalanan dagangnya ke negri Syam yang akhiirnya bertemu dengan pendeta
Bukhaira. Tetapi meskipun dengan pendeta tersebut, Muhammad SAW yang
masih kecil waktu itu tidak sekalipun menimba ilmu apapun dari pendeta
tersebut.
Dan dipertegas Allah lewat firmannya dalam surah Annahl ayat 103.
وَلَقَدْ نَعْلَمُ أَنَّهُمْ يَقُولُونَ إِنَّمَا يُعَلِّمُهُ
بَشَرٌ لِسَانُ الَّذِي يُلْحِدُونَ إِلَيْهِ أَعْجَمِيٌّ وَهَذَا لِسَانٌ
عَرَبِيٌّ مُبِينٌ
Setelah keterangan2 ini, maka kalau ada fitnahan-fitnahan usang,
patutlah lah sebagaimana firman Allah dalam surat Al an’am ayat 33
“Sesunnguhnya mereka tidak mendustakan engkau (Muhammad),
akan tetapi mereka zolim terhadap ayat-ayat Allah lagi mereka
mengingkari “
Ref: Mabahits fi ulum alquran, Syekh Manna’ Qatthan