peristiwa penting yang dalam gerakan
ekspansi yang dilakukan oleh Arp Arselan adalah peristiwa Manzikart
tahun 1071 M). Tentara Arp Arselan dapat mengalahkan tentara Romawi.
Peristiwa ini menamakan benih kebencian dan permusuhan orang-orang
KRISTEN terhadap ummat Islam, yang kemudian mencetuskan Perang Salib.
Kebenciantersebut bertambah setelah Dinasti Seljuk dapat merebut Baitul
Maqdis tahun 471 H.
Orang KRISTEN merasa kesulitan dalam melakukan ziarah ke tanah
sucinya. Untuk memperoleh kembali keleluasaannya, tahun 1095 M, Paus
Urbanus menyeru ummat KRISTEN di Eropa untuk melakukan perang suci
(Nasution, 1985:78). Perang ini di kenal dengan Perang Salib.
A. Pengertian Perang Salib
Kata Salib berasal dari bahasa Arab (salibun) yang berarti kayu
palang/silang (Heuken, 1994:231). Peperangan tersebut disebut dengan
Perang Salib karena didada seragam merah yang dipakai serdadu
tergantung/terjahit tanda Salib, sehingga umat Islam yang diperangi
menyebutnya dengan nama perang Salib (Arsyad, 1993:132). Perang Salib
merupakan sebuah perang super-maraton yang berlangsung sepanjang 200
tahun, dimana bangsa-bangsa KRISTEN Eropa bangkit memerangi pusat-pusat
negeri Islam yang selamakurang lebih 90 tahun kerajaan latin tegak di
Yerussalem sebelum pada akhirnya terusir dari sana. Dalam perspektif
KRISTEN, perang ini merupakan serangkaian operasi militer terhadap
musuh-musuh gereja yang bertujuan membebaskan tanah suci dari cengkraman
kaum Muslim.
Dalam Perang Salib lebih mengangkat motif agama sebagai masalah
utama. Hal tersebut dimaksudkan tidak lain hanyalah untuk memberi
suasana dahsyat pada peperangan itu, yang sulit diperoleh dan
dibangkitkan dengan motif-motif lain. Di kawasan Timur Tengah jauh
sebelum masa masehi orang yang melakukan kejahatan besar dihukum mati
dengan diikat atau dipaku pada Salib. Hukuman kejam itu berasal dari
Babilonia melalui Persia dan Fenisia diterima oleh hukum Romawi.
Menurut Dr. Said Abdul Fattah Syukur, Perang Salib; “Adalah merupakan
gerakan spectakuler dari pihak Eropa Barat dengan misi imperialisme
murni, yang ditujukan kepada beberapa negeri di belahan Dunia bagian
Timur (khususnya negara-negara Islam)pada abad pertengahan, gerakan
dengan bentuknya yang khas ini, pada akhirnya berhasil pula mempengaruhi
dan memporak-porandakan segala aspek kehidupan bangsa dari
negeri-negeri yang menjadi sasarannya, baik sosial, ekonomi,
intelektual, budaya maupunreligius” (Syukur, 1993:57).
Perang Salib menurut beberapa pakar sejarah dinilai merupakan
kelanjutan misi keagamaan dari para peziarah KRISTEN ke tempat-tempat
suci mereka (Yerussalem), yang dahulunya dibawah bendera perdamaian,
pada perkembangannya berubah niat membawamisi perang. Hal ini
ditunjukkan dengan adanya rombongan peziarah dibawah pimpinan Mitaz
tahun 1064 M yang memimpin 7.000 peziarah bersenjata lengkap, lantaran
termakan isu bahwa penguasa Yerussalem (waktu itu Bani Saljuk) telah
melakukan penganiayaanterhadap para peziarah yang beragama KRISTEN.
Sementara akibat penyerbuan Bani Saljuk ke Antioch telah mengakibatkan
orang-orang Byzantium terusir dari wilayah itu. Hal inilah yang membuat
para peziarah menjadi cemas sehingga mereka wajib mempersenjatai
diriketika berziarah.
Dari pemahaman diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Perang Salib
adalah merupakan gerakan kaum KRISTEN untuk menguasai tempat-tempat
suci, yang kemudian mereka pergi memerangi kaum muslimin di Palestina
secara berulang-ulang dengan tujuan membersihkan tanah suci mereka
(Yerussalem) dari kaum muslimin.
B. Latar Belakang Timbulnya Perang Salib
Pada kenyataannya Perang Salib itu terjadi tidak hanya didorong oleh
motivasi keagamaan saja, akan tetapi juga ada beberapa kepentingan yang
turut mewarnai dalam Perang Salib tersebut, diantaranya :
1. Perang Salib merupakan puncak dari sejumlah konflik antara negeri
Barat (pihak KRISTEN) dan negeri Timur (pihak Muslim) yang mana pada
akhir-akhir itu perkembangan dan kemajuan umat Islam sangat pesat,
sehingga menimbulkan kecemasan bagi para tokoh Barat KRISTEN dan
didorong oleh rasa kecemasan itulah mereka melancarkan serangan terhadap
kekuatan Muslim.
2. Munculnya kekuatan Bani Seljuk yang berhasil merebut Asia kecil
dan Baitul Maqdis setelah mengalahkan pasukan Bizantium di Manzikart
tahun 1071 M dan Dinasti Fathimiah tahun 1078 M. Kekuatan Seljuk di Asia
kecil dan Yersussalem tersebut dianggap sebagai halangan bagi pihak
KRISTEN untuk melaksanakan Haji ke Baitul Maqdis. Padahal pada
pemerintahan Bani Seljuk, umat KRISTEN diberi kebebasan untuk melakukan
haji. Namun dipihak KRISTEN ada yang menyebarkan fitnah bahwa Turki
Seljuk telah melakukan kekejaman terhadap jamaah KRISTEN sehingga hal
tersebutmenimbulkan amarah umat KRISTEN-Eropa.
3. Pasukan Muslim menjadi penguasa jalur perdagangan di lautan tengah
semenjak abad ke-10. Hal tersebut menyebabkan para pedagang Pisa,
Vinesia dan Genoa merasa terganggu sehingga satu-satunya jalan yang
ditempuh untuk memperluas perdagangan mereka adalah dengan mendesak
kekuatan Muslim dari laut tersebut.
4. Propaganda Alexius Comnesius kepada Paus Urbanus II untuk membalas
kekalahannya dalam peperangan melawan Pasukan Seljuk. Paus Urbanus II
segera meniupkan taufan fanatisme keagamaan untuk menyalakan Perang
Salib besar sehingga seruannya tersebut disambut oleh ribuan massa
Prancis dan Normandia. Hal ini terjadi karena Paus merupakan sumber
otoritas tertinggi di Barat yang didengar dan ditaati propagandanya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Perang Salib terjadi karena
disebabkanoleh beberapa faktor, diantaranya sebagai berikut:
a. Faktor AgamaDirebutnya Baitul Maqdis (471 H) oleh Dinasti Seljuk
dari kekuasaan Fathimiyah yang berkedudukan di Mesir menyebabkan kaum
KRISTEN merasa tidak bebas dalam menunaikan ibadah di tempat sucinya.
Ketika idealisme keagamaan mulai menguap, para pemimpinpolitik KRISTEN
tetap saja masih berfikir keuntungan yang dapat diambil dari konsepsi
mengenai Perang Salib, dan untuk memperoleh kembali keleluasaannya
berziarah ke tanah suci Yerussalem. Pada tahun 1095 M, Paus Urbanus II
berseru kepada umat Kristiani diEropa supaya melakukan perang suci.
Seruan Paus Urbanus II berhasil memikat banyak orang-orang KRISTEN
karena dia menjanjikan sekaligus menjamin, barang siapa yangmelibatkan
diri dalam perang suci tersebut akan terbebas dari hukuman dosa.
b. Faktor PolitikKekalahan Byzantium(Constantinople/Istambul) di
Manzikart pada tahun 1071 M, dan jatuhnya Asia kecil dibawah kekuasaan
Saljuk telah mendorong Kaisar Alexius I Comneus (kaisar Constantinople)
untuk meminta bantuan Paus Urbanus II, dalam usahanya untuk
mengembalikan kekuasaannya di daerah-daerah pendudukan DinastiSaljuk.
Dilain pihak Perang Salib merupakan puncak sejumlah konflik antara
negara-negara Barat dan negara-negara Timur, maksudnya antara umat Islam
dan umat KRISTEN. Dengan perkembagan dan kemajuan yang pesat
menimbulkan kecemasan pada tokoh-tokoh Barat,sehingga mereka melancarkan
serangan terhadap umat Islam.
Situasi yang demikian mendorong penguasa-penguasa KRISTEN di Eropa
untuk merebut satu-persatu daerah-daerah kekuasaan Islam, seperti Mesir,
Yerussalem, Damascus, Edessca dan lain-lainnya.
c. Faktor Sosial EkonomiSemenjak abad ke X, kaum muslimin telah
menguasai jalur perdagangan di laut tengah, dan para pedagang Eropa yang
mayoritas KRISTEN merasa terganggu atas kehadiran pasukan muslimin,
sehingga mereka mempunyai rencana untuk mendesak kekuatan kaum muslimin
dari laut itu.
Hal ini didukung dengan adanya ambisi yang luar biasa dari para
pedagang-pedagang besar yang berada di pantai Timur laut tengah
(Venezia, Genoa dan Piza) untuk menguasai sejumlah kota-kota dagang di
sepanjang pantai Timur dan selatan laut tengah, sehinggadapat memperluas
jaringan dagang mereka, Untuk itu mereka rela menanggung sebagian dana
Perang Salib dengan maksud menjadikan kawasan itu sebagai pusat
perdagangan mereka, karena jalur Eropa akan bersambung dengan rute-rute
perdagangan di Timur melalui jalur strategis tersebut.
Disamping itu stratifikasi sosial masyarakat Eropa ketika itu terdiri
dari tiga kelompok, yaitu kaum gereja, kaum bangsawan dan ksatria.
Meskipun kelompok yang terakhir ini merupakan mayoritas di dalam
masyarakat tetapi mereka sangat tertindas dan terhina. Oleh karena itu
ketika mereka dimobilisasi oleh pihak gereja untuk turutmengambil bagian
dalam Perang Salib dengan janji akan diberikan kebebasan dan
kesejahteraan yang lebih baik, mereka menyambut seruan itu secara
spontan dan berduyun-duyun melibatkan diri dalam peperangan tersebut,
sehingga rakyat jelata beramai-ramai pula mengikuti mobilisasi umum itu
dengan harapan yakni untukmendapatkan perbaikan ekonomi.
C. Periodenisasi Perang Salib1. Perang Salib I (1094-1144 M)
Periode pertama Perang Salib disebut sebagai periode penaklukan.
Jalinan kerja sama antara Kaisar Alexius I dan Paus Urbanus II, berhasil
membangkitkan semangat umat KRISTEN, terutama akibat pidato Paus
Urbanus II, pada consili clermont pada tanggal 26 November 1095, yang
intinya mewajibkan untuk melakukan Perang Salib bagi umat Kristiani
sehingga terbentuk kaum Salibin.
Gerakan ini merupakan gerakan spontanitas yang diikuti oleh berbagai
kalangan masyarakat Kristiani. Hasan Ibrahim (sejarawan penulis buku
Tarikh Al-Islam) menggambarkan gerakan ini sebagai gerombolan rakyat
jelata yang tidak mempunyai pengalaman berperang, gerakan ini dipimpin
oleh Pierre I’ermite. Di sepanjang jalan menuju Constantinople mereka
membuat keonaran bahkan terjadi bentrok dengan penduduk Hongaria dan
Byzantium. Dengan adanya fenomena ini Dinasti Saljuk menyatakan perang
terhadap gerombolan tersebut, sehingga akhirnya gerakan pasukan Salib
dapat mudah dikalahkan.
Berawal dari kekalahan pihak kristiani Godfrey of Buillon mengambil
alihkepemimpinan pasukan Salibin, sehingga mengubah kaum Salibin menjadi
ekpedisi militer yang terorganisasi rapi. Dalam peperangan menghadapi
pasukan Godfrey, pihak Islam mengalami kekalahan, sehingga mereka
berhasil menduduki Palestina (Yerussalem) padatanggal 07 Juni 1099.
Pasukan Godfrey ini melakukan pembantaian besar-besaran selama satu
minggu terhadap umat Islam disamping itu mereka membumi hanguskan
bangunan-bangunan umat Islam, sebelum pasukan ini menduduki Baitul
Maqdis, mereka terlebih dahulu menaklukkan Anatolia, Tartur, Aleppo,
Tripoli, Syam, dan Acre (Ahmad, 1999:124).Kemenangan pasukan Salib dalam
periode ini telah mengubah peta situasi Dunia Islam kawasan itu.
Sebagai akibat dari kemenangan itu, berdirilah beberapa kerajaan
Latin-Kristen di Timur, yaitu kerajaan Baitul Maqdis (1099 M) di bawah
pemerintahan Raja Godfrey, Edessa (1098 M) diperintah oleh Raja Baldwin,
dan Tripoli (1109 M) dibawah kekuasaan Raja Raymond.
Perang Salib I ditandai oleh bangkitnya kerajaan Seljuk (Turki) yang
memasuki Armenia, Asia kecil dan Syria, kemudian menyapu daerah kawasan
Byzantium (Romawi) memporakporandakan angkatan perangnya di pertempuran
Mazikert dan sepanjang lauttengah yang pada masa Alip Arselan dan Malik
Syah, Yerussalempun dicaplok. Maka dari itu, Konstantinopel dibawah
kepala gereja Hildeband yang menaiki tahta sebagai Paus Gregorius VII
memohon bantuan dari para raja ksatria dan penduduk umumnya,
sebabpenakluk-penakluk dari Bani Seljuk itu dianggap berlaku kejam dan
menindas orang-orang KRISTEN yang datang beribadah ke Baitul
Maqdis.(Arsyad, 1993:77). Akan tetapi pada tahun 1095 M baru bisa
menghimpun kekuatan sebesar 300.000 orang, atas usaha daripenggantinya
yaitu Paus Urbanus II yang dibantu oleh guru bahasanya yaitu Peter, Sang
Pertapa atau Peter Amiens. Peterlah yang menyerukan kepada seluruh raja
dan pembesarraja Eropa-KRISTEN bersatu untuk memerangi Islam atas nama
agamanya yang suci. Peter terus berkelana sambil terus berkampanye untuk
itu.
Pada akhir tahun 1096 M dan awal tahun 1097 M, sekitar 150.000
tentara Salib sampai di Konstantinopel dibawah pimpinan Gadefroy,
Bohemond dan Raymond. Pada awal tahun 1097 M tentara Salib mulai
menyebrangi selat Bosporus lalu mengepung kota Niceaedan setelah
dikepung selama sebulan, akhirnya kota jatuh ke tangan mereka pada
tanggal 18 Juni 1097 M serta mereka dapat mengalahkan tentara Kalij
Arsalan dari Bani Saljuk di Asia kecil. Pada tanggal 15 Juli 1099
tentara Salib mengepung Yerussalem selama tujuh hari dengan menyembelih
tak kurang dari 70.000 umat Islam, dan pada saat itu pula Yerusalem dan
kota-kota sekitarnya takluk. Kemudian tentara Salib mendirikan empat
kerajaan KRISTEN yaitu di tanah suci Baitul Maqdis, Enthiokhie, Raha dan
Tripolisyam, sedangkan Nicola dikembalikan pada Kaisar Byzantium.
b. Perang Salib II (1144-1193 M)Perang Salib II juga
terjadi sebab bangkitnya Bani Seljuk dan jatuhnya Halab (Aleppo),
Edessa, dan sebagian negeri Syam ke tangan Imaddudin Zanky (1144 M).
Setelah Imaduddin meninggal, ia digantikan oleh puteranya yang bernama
Nuruddin dan dibantuoleh Shalahuddin hingga tahun 1147 M. Perang Salib
II ini dipimpin oleh Lode wiyk VII atau Louis VII (Raja Perancis),
Bernard de Clairvaux dan Concrad III dari Jerman. Laskar Islam yang
terdiri dari bangsa Turki, Kurdi dan Arab dipimpin oleh Nuruddin Sidi
Saefuddin Gazi dan Mousul dan dipanglimai oleh Shalahuddin Yusuf ibn
Ayyub.Pada tanggal 4 Juli 1187 terjadi pertempuran antara pasukan
Shalahuddin dengan tentara Salib di Hittin dekat Baitul Maqdis. Dalam
pertempuran ini kaum muslimin dapat menghancurkan pasukan Salib,
sehingga raja Baitul Maqdis dan Ray Mond tertawan dan dijatuhi hukuman
mati. Kemenangan Shalahuddin dalam peperangan ini memberikan peluang
yang besar untuk merebut kota-kota lainnya.Termasuk Baitul Maqdis,
Yerussalem, Al Qudus. Pada saat kota Yerussalem direbut tentara Salib,
mereka melakukan pembunuhan besar-besaran terhadap orang Islam, tetapi
ketika kota itu direbut kembali oleh Shalahuddin, kaum muslimin tidak
melakukan pembalasan terhadap mereka, bahkan memperlakukan mereka dengan
baik dan lemah lembut. Pada saat Baitul Maqdis kembalike tangan Umat
Islam kembalilah suara adzan berkumandang dan lonceng gereja berhenti
berbunyi serta Salib emas diturunkan dari kubah sakrah(Abyan dan
Nurhuzaina, 1987:152).
Dalam periode ini disebut sebagai periode reaksi umat Islam atas
jatuhnya beberapa wilayah kekuasaan Islam ke tangan kaum Salib telah
membangkitkan kesadaran kaum muslimin untuk menghimpun kekuatan guna
menghadapi kaum Salibin. Di bawah komando Imaduddin Zangi, Gubernur
Mousul, kaum muslimin bergerak majumembendung serangan pasukan Salib
bahkan mereka berhasil merebut kembali Aleppo, Adessa (Ar-Ruha’) pada
tahun 1144 M.Setelah Imaduddin Zangi wafat, posisinya digantikan
putranya Nuruddin Zangi, dia meneruskan perjuangan ayahnya untuk
membebaskan negara-negara Timur daricengkraman kaum Salib. Kota-kota
yang berhasil dibebaskan antara lain Damascus (1147 M), Antiok (1149 M)
dan Mesir (1169 M). Keberhasilan kaum muslimin meraih berbagai
kemenangan, terutama setelah munculnnya Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi
(Salahuddin) diMesir, yang berhasil membebaskan Baitul Maqdis pada
tanggal 2 Oktober 1187.
Hal ini membuat kaum Salibin untuk membangkitkan kembali basic
kekuatan mereka sehingga mereka menyusun kekuatan dan mengirim ekspedisi
militer yang lebih kuat.
Dalam ekspedisi ini dikomando oleh raja-raja Eropa yang besar,
Frederick I (The Lion Hearted, Raja Inggris) dan Philip II (Augustus,
Raja Prancis). Ekpedisi militer Salib kali ini dibagi dalam beberapa
devisi, sebagian menempuh jalan darat dan yang lainnya menempuhjalur
laut. Frederick yang memimpin devisi darat tewas tenggelam dalam
penyebrangannya di sungai Armenia, dekat kota Ar-Ruha’, sebagian
tentaranya kembali kecuali beberapa orang yang terus melanjutkan
perjalanannya di bawah pimpinan putra Frederick.
Adapun devisi yang menempuh jalur laut menuju Sicilia yang dipimpin
Richard dan Philip II, disana mereka bertemu dengan pasukan Salahuddin,
terjadilah peperangan sengit, karena kekuatan tidak berimbang, maka
pasukan Salahuddin mundur, dan KotaAcre ditinggalkan oleh Pasukan
Salahuddin dan menuju ke Mesir untuk mempertahankan daerah itu.
Dalam keadaan demikian kedua belah pihak melakukan gencatan senjata
dan membuat suatu perjanjian damai, inti perjanjian damai tersebut
adalah: “Daerah pedalaman akan menjadi milik kaum muslimin dan umat
KRISTEN, yang akan berziarah ke Baitul Maqdis akan terjamin keamanannya,
sedangkan daerah pesisir utara, Acre dan Jaffa berada di daerah
kekuasaan tentara Salib.” Tidak lama kemudian setelah perjanjian
disepakati, Salahuddin wafat pada bulan Safar 589 H atau Februari 1193
M.
c. Perang Salib III (1193-1291 M)Perang Salib III
ini timbul sebab bangkitnya Mesir dibawah pimpinan Shalahuddin, berkat
kesuksesannya menaklukkan Baitul Maqdis dan kemampuannya mengatasi
angkatan-angkatan perang Prancis, Inggris, Jerman dan negara-negara
Eropa lainnya.
Kejadian tersebut dapat membangunkan Eropa-Barat untuk menyusun
angkatan Perang Salib selanjutnya atas saran Guillaume. Perang Salib III
ini dipimpin oleh Kaisar Fredrick I Barbarosa dari Jerman Philip II
August (Raja Prancis dan Inggris), Richard The Lion Heart. Ketika itu
pasukan Jerman sebanyak 100.000 orang dibawah pimpinan Frederick
Barbarosa, tetapi nasibnya sangat malang, ketika ia menyeberang, sebuah
sungai yang jeram di Sisilia-Armenia ia mati tenggelam sehingga
pasukannya kehilangan pemimpin danpasukannya patah semangat, akhirnya
pasukan tersebut ada yang memilih kembali ke negerinya dan ada pula yang
terus untuk bergabung dengan pasukan lainnya. Tentara Inggris dan
Prancis bertemu di Saqliah dan disini juga terjadi perselisihan antara
Philiphdengan Richard yang akhirnya mereka kembali sendiri-sendiri.
Richard mengambil jalan melalui Cyprus dan Philiph langsung menuju
Palestina dan mengepung Akka. Akhirnya Akka dan Yaffa jatuh ditangan
tentara Salib tetapi tidak bisa menduduki Baitul Maqdis dandibuatlah
perjanjian damai antara kedua belah pihak di Ramlah atau dapat disebut
perjanjian Ar-Romlah (Hasan, 1967:99).Tidak lama setelah perdamaian
tersebut Shalahuddin wafat, dan digantikan oleh saudaranya Sultan Adil.
Shalahuddin wafat setelah berhasil mempersatukan umat Islam dan
mengembalikan Baitul Maqdis ke tangan umat Islam.
Periode ini lebih dikenal dengan periode perang saudara kecil-kecilan
atau periode kehancuran di dalam pasukan Salib sendiri. Hal ini
disebabkan karena periode ini lebih disemangati oleh ambisi politik
untuk memperoleh kekuasaan dan sesuatu yang bersifatmaterial, dari
motivasi agama.
Tujuan mereka untuk membebaskan Baitul Maqdis seolah-olah mereka
lupakan, hal ini dapat dilihat ketika pasukan Salib yang disiapkan
menyerang Mesir (1202-1204 M) ternyata mengubah haluan menuju
Constantinople, kota ini direbut dan diduduki laludikuasai oleh Baldwin
sebagai rajanya yang pertama.
Dalam periode ini telah terukir dalam sejarah yaitu munculnya
pahlawan wanita yang terkenal dan gagah berani yaitu Syajar Ad-Durr, dia
berhasil menghancurkan pasukan Raja Lois IX, dari Prancis dan sekaligus
menangkap raja tersebut.
Dalam periode ini pasukan Salib selalu menderita kekalahan. Meskipun
demikian mereka telah mendapatkan hikmah yang sangat besar, mereka dapat
mengetahui kebudayaan dan peradaban Islam yang sudah sedemikian
majunya, bahkan kebudayaan dari Timur-Islam menyebabkan lahirnya
renaisansce di Barat.
d. Perang Salib IV (1202-1206 M)Tentara Salib
berpendapat bahwa jalan untuk merebut kembali Baitul Maqdis adalah harus
dikuasai terlebih dahulu keluarga Bani Ayyub di Mesir yang menjadi
pusat persatuan Islam ketika itu. Oleh karena itu kaum Salib memusatkan
perhatian dan kekuatannya untuk menguasai Mesir.(Sou’yb, 1978:98). Akan
tetapi Perang Salib IV ini dilakukan atas kerja sama dengan Venesia dan
bekas kaisar Yunani. Tentara Salib menguasai Konstatinopel (1204 M) dan
mengganti kekuasaan Bizantium dengan kekuasaan latin disana. Pada waktu
itu Mesir diperintah oleh Sultan Salib, maka dikuatkanlah perjanjian
dengan orang-orang Kristen pada tahun 1203-1204 M dan 1210-1211 M. Isi
perjanjian itu adalah mempermudah orang Kristen ziarah ke Baitul Maqdis
dan menghilangkan permusuhan antara kedua belah pihak.
e. Perang Salib V (1217–1221 M)Perang Salib V tetap
berada di Konstantinopel dan tidak henti-hentinya terjadi konflik dengan
pihak Kaisar. Perang Salib V dipimpin oleh Jeande Brunne Kardinal
Pelagius serta raja Hongaria, meskipun pada tanggal 5 November 1219 kota
pelabuhan Damietta merekarebut, namun dalam perjalanan ke Kairo pada
tanggal 24 Juli 1221 mereka membuat kekacauan di Al Masyura ( tepi
sungai Nil) kemudian mereka pulang kampung.
f. Perang Salib VI (1228–1229 M)Perang Salib VI
dipimpin oleh Frederick II dari Hobiens Taufen, Kaisar Jerman dan raja
Itali dan kemudian menjadi Raja muda Yerussalem lantaran berhasil
menguasai Yerussalem tidak dengan perang tapi dengan perjanjian damai
selama 10 tahun dengan Sultan Al-Malikul Kamil, keponakan Shalahuddin
al-Ayyubi, namun 14 tahun kemudianyakni pada tahun 1244 kekuasaan
diambil alih Sultan Al Malikul Shaleh Najamuddin Ayyub beserta Kallam
dan Damsyik.
g. Perang Salib VII (1248–1254 M)Peperangan ini
dipimpin oleh Raja Louis IX dari Perancis pada tahun 1248, namun pada
tahun 1249 tentara Salib berhasil menguasai Damietta (Damyat). Dimasa
inilah pemimpin angkatan perang Islam, Malikul Shaleh mangkat kemudian
digantikan putranya Malikul Asraff Muzafaruddin Musa. Ketika Louis IX
gagal merebut Antiock yang dikuasai Sultan Malik Zahir Bay Bars pada
tahun 1267/1268, lalu hendak merebut Tunis, ia beserta pembesar-pembesar
pengiringnya ditawan oleh pasukan Islam pada 6 April 1250 dalam satu
pertempuran di Perairan Mesir, setelah mereka memberi uang tebusan, maka
mereka dibebaskan oleh Tentara Islam dan mereka balik ke negerinya.
h. Perang Salib VIII (1270-1272 M)Dalam Perang Salib
VIII yaitu pada tanggal 25 Agustus 1270 ini Louis IX telah binasa
ditimpa penyakit (riwayat lain menyebutkan ia terbunuh). Akhirnya pada
tahun 1492 Raja Ferdinad dan Ratu Isabella sukses menendang habis umat
Islam dari Granada, Andalusia.Riwayat lain juga menjelaskan bahwa Perang
Salib VIII ini tidak sempat terbentuk karena kota terakhir yakni Aere
yang diduduki oleh tentara Salib malahan berhasil dikuasai oleh Malikul
Asyraf (putra Malikul Shaleh).
Dengan demikian terkuburlah Perang Salib oleh Perang Sabil. Tetapi
meskipun Perang Konvensional dan Frontal itu sudah berakhir secara
formal, namun sesungguhnya perang jenis lain yang kwalitasnya lebih
canggih terus saja berlangsung seiring dengan kemajuan zaman.
i. Perang Salib Lanjutan (1291-1344 M)Dalam Perang Salib lanjutan ini
ada beberapa faktor yang melatar belakanginya yaitu ketika kaum
muslimin mundur dari Cordova atau Granada oleh Ferdinand, Leon dan
Castelin. Pada saat degradasi politik seperti itu Islam sedikit demi
sedikit basic kekuatannya menurun. Adapun faktor lain yaitu; adanya
perjanjian Tordessilas, yang menjadi semangat agama-agama katolik.
Perjanjian itu ditetapkan pada 4 Mei 1493, yang menyatakan antara
lain; “Bahwa kepercayaan agama Katolik dan agama KRISTEN, teristimewa
pada zaman kita ini, harus dimulyakan dan disempurnakan, serta
disebarkan dimana-mana dan harus mengambilalih Kerajaan Granada dari
kelaliman para sara (muslimin)”.Dengan adanya perjanjian tersebut,
Perang Salib dikobarkan lagi dan dilancarkan oleh orang-orang Portugis
dengan tujuan bukan lagi mencari keuntungan, tetapi melakukan ekspansi
politik dan ekspansi keagamaan dan musuh pertama yang dihadapi adalah
negara Islam. Para pendeta dan lembaga-lembaga missionaris oleh
orang-orangDunia Islam dianggap sebagai imperialisme. Dan merupakan satu
aspek usaha penyingkiran lembaga-lembaga pribumi atau Islam dengan
menggantikan sejarah setempat dengan kurikulum Barat.Dalam peperangan
lanjutan ini pihak KRISTEN juga mengalami kekalahan, akan tetapi
orang-orang KRISTEN dengan segala bentuk dan cara berusaha menghancurkan
Islam baik melalui politik, ekonomi dan pendidikan.
D. Dampak Perang SalibDalam penyebaran pasukan Salibin terhadap umat
Islam, menjadi fenomena yang disertai timbulnya sentimen keagamaan yang
kuat. Dengan adanya motif ini, maka membawa pengaruh besar terhadap
hubungan antar pemeluk agama Islam dan KRISTEN dalam waktu yang panjang
(Al-Ghozali, 1987:59).
Melihat dari beberapa gambaran yang ada maka dapat disimpulkan bahwa,
meskipun Perang Salib sudah berakhir namun pada hakekatnya belum
berakhir, hal ini karena adanya perkembangan-perkembangan selanjutnya,
yang walaupun tidak dalam bentukyang lain, yang sekaligus merupakan
suatu hubungan yang sulit untuk dipisahkan.
Adapun hubungan Perang Salib dengan gerakan-gerakan yang dimaksud antara lain:
1. Hubungan Perang Salib dengan OrientalismeSebagaimana penulis
berpendapat bahwa Orientalisme lahir akibat Perang Salib atau ketika
dimulainya pergeseran politik dan agama antara Islam dan KRISTEN Barat
di Palestina. Argumentasi mereka mengatakan bahwa permusuhan politik
berkecamuk berawal pada masa pemerintahan Salahuddin dan Nuruddin Zhang
dan berlanjut pada anaknya yaitu Al-Adil, sebagai akibat kekalahan
beruntun yang dilimpahkan pasukan Islam ke pasukan Salib, semua itu
memaksa orang-orang Barat membalas kekalahan.
Bertitik tolak dari keterangan diatas, maka dapat digambarkan bahwa
Orientalis (pengetahuan orang Barat tentang agama, kebudayaan,
peradaban, sastra dan bahasa Timur) sudah lama berkembang di Barat. Hal
ini disebabkan karena perhatian orang-orang Barat terhadap Islam atau
soal keTimuran sudah sejak Perang Salib. Kemudian mengenai
kegiatan-kegiatan Orientalisme dalam studinya terhadap Dunia Timur atau
Islam, sebenarnya telah didorong oleh beberapa motivasi, yaitu; motivasi
religius, motivasi imperial, motivasi politis, dan motivasi ilmiyah.
2. Hubungan Perang Salib dengan KolonialismeKolonialisme Eropa
merupakan tantangan politis dan religius, dan gerakan ini telah
menyingkirkan kaum muslimin memerintah di Dunia Islam yang telah
berlangsung sejak jaman Nabi Muhammad. Bagi banyak orang di Barat,
dugaan mengenai kemenanganKRISTEN didasarkan pada sejarah yang
diromantisiskan untuk merayakan kepahlawanan pejuang Salib dan
kecenderungan untuk menginterpretasikan sejarah kekuasaan Amerika selama
dua abad lebih, masing-masing agama melihat satu sama lain sebagai
militan agar berbaris dan fanatik.
Dengan demikian kolonialisme adalah merupakan suatu kelanjutan dari
Perang Salib, dimana gerakan-gerakan tersebut sudah merupakan warisan
dari kejadian Perang Salib, dalam artian masih mempunyai hubungan yang
sulit untuk dipisahkan karenaPerang Salib itu sendiri merupakan jembatan
bagi kolonialisme untuk menjajah Dunia Islam (Syukur, 1993:152).
3. Hubungan Perang Salib dengan KristenisasiJika dicermati, semangat
salibisme ini sebenarnya telah ada sebelum terjadinya Perang Salib yang
berkepanjangan. Semangat untuk menyiarkan agama KRISTEN diantara
bangsa-bangsa yang belum mengenalnya dipandang sebagai satu kewajiban
bagi umatKristiani. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa keberhasilan
dalam menjalankan misi memang tidak lepas dari Perang Salib, karena
Perang Salib merupakann awal bangsa Barat dalam menjalankan misinnya.
E. Pengaruh Perang Salib Terhadap Dunia BaratPerang Salib yang
berlangsung lebih kurang dua abad membawa akibat yang sangat berarti
bagi perjalanan sejarah Dunia. Akibat tersebut antara lain :
1. Perang Salib menjadi penghubung bagi bangsa Eropa, mengenali Dunia
Islam secara lebih dekat, sehingga kontak hubungan antara Barat dan
Timur semakin dekat.
2. Kemajuan ilmu pengetahuan dan tata kehidupan masyarakat Timur yang
maju menjadi daya dorong pertumbuhan intelektual bangsa Barat yakni
Eropa sehingga hal tersebut mempunyai andil yang sangat besar dalam
melahirkan era Renaisans di Eropa
3. Bangsa Barat yang selama itu tidak mengenal kemajuan pemikiran
bangsa Timur maka Perang Salib itu juga membawa akibat timbulnya
kegiatan penyelidikan bangsa Eropa mengenai seni dan pengetahuan penting
serta berbagai penemuan yang telah dikenal di Timur seperti kincir
angin, kompas kelautan, dan lain-lain.
4. Bangsa Barat dapat mengenali sistem industri Timur yang telah maju
sehingga setelah kembali ke Eropa mereka lantas mendirikan sistem
pemasaran barangbarang produk Timur (Ali, 1997:211).
Perang Salib yang pada awalnya hanya merupakan suatu reaksi dari
KRISTEN Eropa Barat, namun lama-kelamaan timbul suatu keinginan untuk
menguasai Dunia Islam. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya cita-cita
dari umat KRISTEN Eropa mendirikan kerajaankerajaanmereka di seluruh
daerah Timur. Untuk merealisasikan cita-cita diatas, maka jalan
satu-satunya yang ditempuh yaitu menyapu bersih umat Islam.Dengan
cita-cita yang telah dicanangkan tersebut.
Penulis:Ibra Mohammed
.... Subhanallah wabihamdihi Subhanakallahumma Wabihamdika Asyhadu Allailaaha Illa Anta Astaghfiruka Wa'atuubu Ilaik ....
Bagikan tausiyah ini kepada teman-temanmu dengan meng-klik
'bagikan'/'share'Tandai dan undang temen2mu gabung dg klik ‘Invite Your
Friends ingat Qs.42:48 KEWAJIBANMU tidak lain hanyalah menyampaikan
sumber ; https://www.facebook.com/groups/461147960635195/doc/462889630461028/